Di balik nama besar sekolah-sekolah swasta di Indonesia, banyak yang tidak tahu bahwa sebagian besar dari mereka sebenarnya sedang “berjuang dalam diam”. Biaya operasional yang terus meningkat, tuntutan kualitas pendidikan yang makin tinggi, hingga gaji guru dan tenaga kependidikan yang layak menjadi beban yang tak kecil. Sayangnya, dukungan dari pemerintah masih sangat minim, bahkan cenderung tak berpihak. Selama ini, subsidi dan bantuan lebih banyak mengalir ke sekolah negeri. Padahal, Sekolah Swasta Butuh Subsidi Berkelanjutan juga berperan penting dalam mendidik generasi bangsa. Banyak anak-anak yang tidak tertampung di sekolah negeri, akhirnya bersekolah di swasta. Tapi ketika bicara soal bantuan, mereka seperti di anaktirikan.
Kenapa Sekolah Swasta Butuh Subsidi Berkelanjutan?
Ada satu anggapan keliru yang masih banyak di yakini: sekolah swasta itu kaya. Faktanya, hanya sebagian kecil sekolah swasta yang benar-benar mapan secara finansial. Sisanya? Bertahan dari iuran siswa, donatur, atau bahkan dana pribadi yayasan. Apalagi setelah pandemi, banyak sekolah swasta kecil kehilangan murid karena orang tua tak sanggup bayar.
Banyak sekolah swasta justru melayani kelompok masyarakat menengah ke bawah. Mereka tidak bisa menaikkan SPP seenaknya karena khawatir murid kabur. Di sinilah peran subsidi sangat di butuhkan, bukan hanya untuk bertahan, tapi juga meningkatkan kualitas pendidikan.
Baca Juga:
MK Putuskan SD Dan SMP Swasta Digratiskan, Dampak dan Tantangan Pelaksanaannya
Skema Pendanaan yang Jelas Jadi Kebutuhan Mendesak
Yang juga jadi masalah utama adalah tidak adanya skema pendanaan yang jelas dari pemerintah untuk sekolah swasta. Bantuan kadang datang, tapi tak bisa di andalkan. Tiba-tiba ada, tahun depan hilang. Akibatnya, sekolah sulit menyusun rencana jangka panjang. Padahal dunia pendidikan itu butuh keberlanjutan, bukan sekadar bantuan sesaat.
Pemerintah sebenarnya pernah meluncurkan beberapa program bantuan, seperti BOS untuk sekolah swasta. Tapi dalam praktiknya, besaran bantuan seringkali tidak cukup untuk menutup biaya operasional. Selain itu, syarat administrasi yang rumit justru membuat sekolah-sekolah kecil kesulitan mengaksesnya.
Slot itu soal hoki, tapi kalau mainnya di slot jepang gacor, hoki lo bisa makin nambah. Soalnya algoritmanya tuh katanya lebih “ramah” buat pemain. Banyak game yang gampang pecah scatter-nya, cocok buat lo yang suka cari profit harian dari slot.
Pemerintah Harus Lebih Terbuka
Sekolah-sekolah swasta menuntut adanya dialog terbuka dan transparan antara mereka dengan pemerintah. Jangan sampai kebijakan di buat sepihak, tanpa mendengar suara lapangan. Pemerintah harus menyadari bahwa pendidikan itu bukan hanya urusan sekolah negeri. Swasta juga punya tanggung jawab besar yang sama beratnya.
Yang dibutuhkan bukan hanya bantuan uang, tapi sistem pendanaan yang pasti dan berkelanjutan. Misalnya, anggaran rutin yang jelas setiap tahun, insentif untuk guru swasta, atau bahkan subsidi untuk siswa dari keluarga tidak mampu yang bersekolah di swasta.
Pemerataan Akses Pendidikan Harus Jadi Prioritas
Kalau bicara soal kualitas pendidikan yang merata, maka dukungan terhadap sekolah swasta tidak bisa ditawar lagi. Pendidikan itu hak semua orang, bukan hanya mereka yang beruntung masuk sekolah negeri. Pemerintah harus hadir, tidak hanya dalam bentuk regulasi, tapi juga anggaran dan keberpihakan nyata.
Kalau pemerintah serius ingin meningkatkan kualitas pendidikan nasional, maka subsidi terhadap sekolah swasta bukan sekadar pilihan melainkan kewajiban. Tanpa itu, akan makin banyak sekolah swasta kecil yang tutup, dan akhirnya, anak-anak bangsa yang jadi korban.
Sudah saatnya pemerintah melihat sekolah swasta bukan sebagai pesaing, tapi mitra. Keduanya sama-sama berkontribusi terhadap pembangunan sumber daya manusia Indonesia. Dengan memberi subsidi yang adil dan skema pendanaan yang jelas, pemerintah tidak hanya membantu sekolah swasta bertahan tapi juga ikut menciptakan masa depan pendidikan yang lebih baik untuk semua.